Senyum Ida untuk Pengunjung Trans Jogja

Tidak seperti biasanya, matahari terik menerpa Kota Yogyakarta. Namun saat petang menjelang, mendung menggelanyut. Hujan pun turun. Semakin deras, ketika Yogya semakin ditinggal tidur oleh mentari. Namun cuaca tidak mengalahkan Ida (37) untuk tetap berkarya.

Perempuan bernama lengkap Fidayah itu setia duduk di sudut sempit halte Trans Jogja. Sudah 3 tahun ia melayani masyarakat Jogja maupun pendatang saat hendak naik Trans Jogja dari halte Wanitatama yang terletak di Jalan Adisucipto.

“Yang penting motivasi.  Dibilang kerja di Trans Jogja enak, ya enak. Tapi tetap harus punya tanggung jawab karena kami melayani masyarakat,” tutur Ida saat ditanya Media Artha Pratama (MAP) apakah senang bekerja di Trans Jogja.

Sebuah jawaban filosofis dari seorang petugas ticketing. Motivasi itulah yang membuatnya memaknai arti sebuah pekerjaan. Tidak sekadar datang ke halte jam 06.00 lalu pulang jam 22.00. “Bagi saya, melalui kerja sebagai ticketing Trans Jogja, saya harus menyenangkan penumpang, agar (mereka) kembali lagi,” ujarnya.

Ia tahu betul bagaimana menjalankan tugasnya itu. Pertama, ia membekali diri dengan pengetahuan seputar Trans Jogja sehingga, tiap ada yang bertanya soal rute bisa dijelaskan dengan benar. Penjelasan benar pun tidak cukup, tapi ia menyampaiakan informasi tersebut dengan baik. “Yaitu, harus senyum (dan tidak lupa) mengucapkan terima kasih,” kata Ida dengan senyum mengembang.

 

Masyarakat Mendukung

Trans Jogja adalah sebuah sarana transportasi baru yang mirip dengan Trans Jakarta. Bedanya, Trans Jogja tidak memiliki jalur khusus, karena memakai jalur kendaraan lain. Setelah mengalami penundaan beberapa kali, akhirnya mulai Senin 18 Februari 2008, bis Trans Jogja mulai beroperasi dengan status uji coba. Baru pada 25 Februari 2008 berlaku resmi dengan tarif Rp. 3.000.  

“Saya melihat, setelah hampir 4 tahun berjalan, tanggapan masyarakat sangat baik,” kata ida. Menurutnya, capaian tersebut karena Pemerintah Yogyakarta mampu melakukan sosialisasi dengan baik sehingga bisa diterima semua golongan masyarakat. 

Kehadiran Trans Jogja pun diterima oleh perusahaan pengelola transportasi dan supir bis kota yang selama ini melayani masyarakat. Jadi kalau sosialisasinya cukup, masyarakat dapat menerima kebijakan Pemerintah. “Trans jogja ini kan pengganti bis kota, jadi harus sosialisasi juga ke supir-supir bis kota. Supir-supir Trans Jogja banyak juga yang direkrut dari supir bis kota. Jadi pas operasional, tidak ada konflik,” ucapnya dengan penuh semangat mengalahkan gemuruh air hujan.

Penerimaan masyarakat tersebut tampak dari jumlah pengguna Trans Jogja yang semakin bertambah tiap tahunnya. Sebagai petugas tiket, Ida tahu persis hal ini. Jumlah penumpang rata-rata, ujarnya,  kalau shift pagi sekitar 70 orang. Kalau malam, bisa mencapai 100 orang. “Tren jumlah penumpang Trans Jogja juga mengalami peningkatan. Bisa dikatakan Trans Jogja sukses, makin banyak peminatnya,” ujar Ida. 

Tingkatkan Layanan

Ternyata capaian optimal Trans Jogja tidak membuat puas Pemkot Jogja. Karena, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) DIY akan melakukan pemasangan alat tiket integrasi di 53 shelter bus Trans Jogja. Tiket ini memungkinkan penumpang untuk terhubung langsung dengan bus Trans Jogja, Batik Solo Trans dan Kereta Prambanan Ekspres (Prameks).

Saat ini shelter yang melayani bus Trans Jogja berjumlah 112 shelter. Namun belum seluruhnya bisa dipasang alat integrasi tiket karena target awal operasional yang akan dijalankan adalah di area bandara Adisutjipto. Nantinya integrasi tiket ini akan diberlakukan di semua shelter. Tetapi untuk tahap awal kita lakukan di satu shelter di Prambanan dan Maguwo dan baru berlanjut pada 53 shelter utama yang memiliki load factor tinggi. Sedangkan untuk di Solo bukan dipasang di shelter melainkan di bus.

Bagaimana mendapatkan tiket tersebut? Saat ini telah ditentukan tiga bank yang akan menangani pembayaran tiket integrasi dengan sisitem seperti halnya kartu kredit, yakni BNI, BRI dan BCA. Cara mendapatkannya bisa melalui bank yang bersangkutan. Kartu ini bisa diisi ulang sesuai kebutuhan. Selain bisa digunakan sebagai tiket, kartu ini juga memungkinkan untuk berbelanja seperti layaknya kartu kredit. Penumpang juga akan lebih mudah untuk mengakses kendaraan. 

Kemajuan inilah yang turut membuat Ida semakin mencintai pekerjaannya dan meningkatkan rasa memiliki terhadap Yogya. “Biar bagaimanapun Yogya sudah mengusahakan transportasi yang lebih baik, daripada dulu. Saya yakin ke depannya akan semakin bagus, untuk kemajuan Jogja juga. Kita harus men-support pemerintah kota,” pungkasnya.  (ONE)

Berita Terkait

Komentar: