Sistem Transportasi Cerdas di Kota Solo

Dunia terus berkembang. Industri otomotif yang bergerak cepat, tidak seimbang dengan pertambahan infrastruktur jalan. Sumber daya manusia, secara kuantitas, mengalami kesulitas untuk mengatur lalu lintas yang sudah begitu padat. Mau tidak mau, teknologi harus masuk di dalamnya.

Inilah yang disebut dengan ITS (Intelligent Transport System). Pemerintah sadar akan mendesaknya penggunaan ITS ini, sebagaimana tercantum dalam Rencana Aksi Nasional (RAN). Program yang diperinci secara konkret serta dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) itu, harus selesai tahun 2020.

Salah satu daerah yang telah mengembangkan ITS adalah Kota Solo. ITS yang di Solo dinamakan dengan sistem pengendali lalu lintas terkoordinasi atau area traffic control system (ATCS) dioperasionalkan secara terpusat di Central Control Room (CCR). Mereka yang bekerja di sini tidak terlihat oleh orang lain, tetapi sangat menentukan untuk menjamin kelancaran lalu lintas.

“Ruangan ini dinamakan Central Control Room. Gunanya untuk mengontrol kamera ataupun traffic light (lampu lalu lintas) yang ada di lapangan,” kata Ary Atnoko, Koordinator CCR saat ditemui Media Artha Pratama (MAP) di ruang kerjanya.

3 Sasaran ITS

Menurut Ary, kunci kerja dari CCR yakni beberapa kamera CCTV yang dipasang di 43 persimpangan dari total 55 persimpangan ditambah 4 CCTV yang dipasang di halte Purwosari, halte Grand Mall, halte Pasar Gede dan halte Balai Kota. “Melalui CCR, pengendalian sistem lalu lintas bisa dilakukan secara otomatis tanpa harus ada petugas Dishub (Dinas Perhubungan) ke lapangan. Bahkan jika terjadi kemacetan, pengendalian pun bisa dilakukan secara otomatis karena ATCS yang dimiliki kota Solo tidak sekadar menyajikan tampilan kamera CCTV tapi dilengkapi teknologi full responsive.”

Yang dimaksud dengan teknologi full responsive, kata Ary, kita tinggal masukkan program untuk satu kali putaran (merah kuning hijau), setelah itu ia mengatur dirinya sendiri, karena ada alat sensor untuk mendeteksi jumlah kendaraan atau kepadatan, dengan sistem detector. Kita juga bisa melihat data untuk lalu lintas saat itu, real time, yang lewat hari itu berapa, kendaraan bermotor atau tidak.  

Ditambahkan pula, sistem teknologi yang canggih ini membuat Dishub Kota Solo mampu menerapkan sistem bus priority. Artinya, lampu lalu lintas yang awalnya merah otomatis akan berubah hijau ketika ada Batik Solo Trans mendekati persimpangan. Dengan pendekatan kebijakan seperti ini, diharapkan menarik perhatian masyarakat untuk menggunakan angkutan umum berbasis jalan seperti BST. 

Kinerja petugas Dishub Kota Solo yang menerapkan ITS di CCR, kiranya mampu mencapai apa yang sebenarnya disasar oleh ITS. Sekurang-kurangnya ada 3 sasaran: mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan koordinasi simpang, meningkatkan koordinasi antar simpang, dan memberikan sistem prioritas bus di persimpangan.

Di Belakang Layar

Bekerja di CCR yang sarat dengan teknologi, bisa dikatakan jauh dari kata popular. Sehari-hari mereka, sebagaimana diungkap Ary, hampir selalu di ruangan. Memantau kondisi lalu lintas melalui layar-layar monitor. Jika ada masalah di lapangan, petugas CCR baru meminta bantuan supaya ada petugas lapangan yang segera menanganinya.

Masalah yang didapati tidak hanya ditemukan oleh petugas Dishub sendiri, tapi juga dari pengaduan masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena Dishub Solo memberikan nomor kontak yang bisa ditelpon atau mengirimkan pesan pendek (SMS), ke nomor 02717096111. “Kalau kita sendiri bisa menangani, maka langsung ditindaklanjuti, tetapi kalau tidak bisa kita harus tunggu teknisinya,” tutur Ary.

Bekerja di ruang CCR, tambahnya, seperti sistem kerja darah. Kalau dari luar tidak kelihatan, tapi kalau tidak ada darah atau tersumbat maka sistem metabolisme tubuh pasti terganggu. Momen yang sangat menentukan untuk kinerja para personel CCR adalah pada saat Hari Raya Idul Fitri. Karena pada saat itu, arus kendaraan sangat padat namun harus tetap terjamin kelancarannya.

Untuk itu, 8 petugas yang bekerja di CCR secara bergantian akan memantau kondisi lalu lintas selama 24 jam. Biasanya mulai dari H-7 sampai H+7. “Kalau waktu normal, pembagian shift-nya dari jam 06.30 – 15.00; kemudian dari jam 15.00 – 21.00,” ungkap Ary.

Dan yang terpenting, sambungnya, gambar pantauan lalu lintas yang masuk dalam pengawasan CCR dapat diakses oleh masyarakat, termasuk pemudik, melalui jaringan internet. "Hasil pantauan kamera langsung dikirim ke layar monitor besar yang berada di CCR dan disalurkan sebagai salah satu layanan ke masyarakat melalui akses internet.”

Ke depan, Ary berserta teman-temannya mengharapkan kepada masyarakat untuk secara bersama-sama menjaga dan merawat sarana prasarana ini. Kita telah bayar pajak dan biaya pembelian serta perawatan ITS tidaklah murah. Maka diperlukan tanggung jawab bersama. “Kita juga menunuggu saran untuk peningkatan layanan pada masyarak. Kita ingin masyarakat dapat lebih taat pada peraturan yang ada.” (ONE)

Inilah Central Control Room

Ingin tahu kondisi lalin terkini, masing-masing bisa mengaksesnya secara rela time

Berita Terkait

Komentar: