Pulau Tidung, Oase bagi Warga Jakarta

Rutinitas yang menguras energi ditambah dengan mobilitas sehari-hari yang begitu padat, membuat warga Jakarta haus untuk melepas kepenatan. Salah satu tempat favorit warga Jakarta adalah berwisata ke Pulau Tidung.

Pulau ini merupakan bagian dari Kepulauan Seribu, yang terletak di Utara Jakarta. Pulau Tidung terdiri dari dua pulau, Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Luas keseluruhan Pulau Tidung hanya 54 hektar. Tak butuh waktu lama untuk mengelilingi pulau ini.

Apalagi Anda bisa menyewa sepeda untuk berkeliling pulau. Pilihan moda lainnya adalah naik becak berjalan-jalan di Pulau Tidung. Becak yang menggunakan sepeda motor ini pun murah, mulai dari Rp 5.000 saja.

Karena jaraknya relatif dekat, umumnya warga Jakarta yang ke sini tidak harus mengambil cuti. Ada banyak paket perjalanan yang menawarkan tarif promo di akhir minggu. Misalnya, paket Rp. 300.000/orang untuk 2 hari 1 malam. Berangkat Sabtu pagi, pulang Minggu siang. Harga itu sudah termasuk snorkling lengkap dengan peralatannya, penginapan ber-AC, makan tiga kali, ikan bakar, sewa sepeda dan transportasi Muara Angke - Pulau Tidung - Muara Angke.

Berikut gambaran perjalanannya. Hari Sabtu pagi, kita janjian bertemu dengan agen perjalanan di pom bensin Muara Angke jam enam. Pelabuhan Muara Angke itu letaknya di dalam pasar ikan. Kapal yang akan melayani kita berupa kapal kayu yang ukurannya cukup besar, mampu menampung 70 orang tanpa tempat duduk.

Walaupun sudah datang sejak jam enam, kita baru berangkat satu atau dua jam setelahnya. Hanya dengan 2 jam waktu tempuh, kita sudah sampai ke Pulau Tidung. Dan aktivitaspun sudah langsung dimulai.

Aktivitas pertama tentunya menuju tempat penginapan lalu dilanjutkan dengan makan siang. Setelah itu, agendanya snorkeling. Umumnya, hal ini yang diminati oleh banyak wisatawan. Karena tidak sedikit yang belum pernah melakukannya. Yang menarik, walaupun tidak bisa berenang, kita bisa snorkeling karena dilengkapi dengan baju pelampung dan tidak harus menyelam.

Saat snorkeling inilah kita menyadari betapa indahnya alam Indonesia. Kepenatan dan polusi yang menyerbu kita saat beraktifitas di Jakarta, terbayar oleh liukan berbagai ikan laut berwana-warni di air yang jernih. Terumbu karangnya pun tampak hidup dengan kelegaan.

Suasana surga seperti ini harus dijaga dan dilestarikan. Kalau tidak, Jakarta dan sekitarnya akan jatuh dalam jurang kerusakan lingkungan yang parah. Untuk itu, warga Jakarta maupun warga yang tinggal di hulu, harus menjaga sungai secara bersama-sama. Semakin buruk perilaku kita terhadap sungai maka akan berdampak besar di pulau-pulau Utara Jakarta. Karena mereka semua adalah daerah hilir, yang menerima “hasil kerja” kita di hulu.

Jembatan Cinta

Kemudian, setelah puas dengan snorkeling kegiatan dilanjutkan bermain banana boat. Permainan ini sangat seru dan sanggup meluapkan semua emosi. Ada paduan rasa tegang, cemas, kocak, kesiapan fisik, dan tentunya kocak! Untuk menjamin keselamatan, masing-masing diwajibkan menggunakan pelampung. 

Seharian bermain di air, membuat badan terasa dingin. Apalagi menjelang sore dan beranjak malam, angin semakin kencang. Bagi masyarakat pulau atau pantai, fenomena alam ini lumrah terjadi. Untuk mengimbanginya, pemandu sengaja memasukkan acara bakar-bakar ikan di pinggir dermaga. Api yang membara mampu memberi kehangatan. Aroma ikan segar yang dipanggang menyeruak di tengah keheningan malam. Suasana yang tak tergadaikan! Aktifitas yang begitu pada di hari pertama, pasti membuat kita lelah. Hari itu ditutup dengan berdoa lalu tidur.

Pagi hari, apa yang paling ditunggu? Benar, menikmati panorama matahari terbit atau sunrise. Walau mata masih mengantuk, harus dipaksakan untuk bangun. Tepat jam 5.45 kita bisa menggowes sepeda menuju dermaga. Udara yang bersih dipadu dengan keindahan alam menjadi hal langka dalam keseharian kita. Apalagi ditambah dengan menikmati matahari terbit dengan sensasi pemandangan jembatan cinta.

Ya, salah satu ikon Pulau Tidung adalah jembatan cinta. Jembatan dengan panjang kira-kira 800 meter itu, terbuat dari kayu dan menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Jembatan ini berketinggian tujuh meter, membuat para wisatawan tertantang untuk terjun ke laut yang kedalamannya mencapai dua hingga tiga meter. Tidak perlu takut karena pasti aman. Sekali lagi, wajib menggunakan pelampung.

Sebelum Jembatan Cinta dibangun, dahulu telah dibangun jembatan apung dengan panjang 400 meter oleh Pemda setempat. Jembatan tersebut terbuat dari kayu balok yang disusun di atas drum plastik yang mengapung. Jembatan tersebut tidak dapat bertahan lama dikarenakan pasang surutnya air laut. Kemudian jembatan direnovasi tahun 2004 dengan konstruksi melengkung curam. Ini ada maksudnya, yakni supaya jembatan hanya dilewati oleh pejalan kaki. Kalau tidak dibuat demikian, kemungkinan besar akan dilewati sepeda motor, sehingga membuat wisatawan tidak nyaman, sekaligus mengancam keselamatan. Karena bentuknya yang unik ini, layaklah Jembatan Cinta menjadi ikon Pulau Tidung. Apalagi dari jembatan ini kita bisa melihat pemandangan laut Pulau Tidung yang bersih dan cantik.

Bagi yang memutuskan untuk tidak terjun, kita bisa menyusuri jembatan sambil mensyukuri keindahan alam yang dianugerahkan Tuhan. Walau berjalan cukup jauh ke Pulau Tidung Kecil, kita akan dimanjakan dengan gugusan terumbu karang serta ikan-ikan kecil yang sangat jelas terlihat. Karena air laut di sekitar Jembatan Cinta masih sangat bersih.

Di balik keindahan dan eksotisme Pulau Tidung, ternyata pulau ini juga menyimpan sisi kemisteriusan. Di sini ada kuburan tua, tepatnya di Pulau Tidung Kecil. Tak ada sumber sejarah tertulis yang menyebutkan siapa yang dimakamkan di kuburan tersebut. Namun, secara turun temurun kuburan dikenal sebagai Panglima Hitam. Warga setempat mempercayai Panglima Hitam sebagai orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Tidung.

Setelah puas bermain di jembatan cinta, selanjutnya kita bersiap-siap untuk pulang ke Jakarta. Kapal yang akan mengangkut kita sudah siap. Rutinitas harian pun sudah menunggu. Namun, itu semua dihadapi dengan energi baru. Jadi, kapan kita ke Pulau Tidung? (ONE)

Foto Sari Iskandar

 

Foto Cynthia Iskandar

Foto Cynthia Iskandar

Foto Cynthia Iskandar

Foto Sari Iskandar

Berita Terkait

Komentar: