Boediono: Indonesia Negara Super Power Geothermal
JAKARTA-MAPNEWS. Indonesia kaya sumber energi. Sumber dari fosil menipis, sumber energi baru terbarukan (EBT) masih sangat melimpah. Oleh karena itu, kita harus mempercepatan pengembangan EBT, khususnya panas bumi.
"Bahkan ke depan Indonesia dapat menjadi negara super power geothermal," kata Wakil Presiden Boediono saat membuka The 3rd Indonesia EBTKE-ConEx 2014 di Jakarta Convention Center, Jakarta (4/6/2014).
Menurutnya, energi geothermal atau panas bumi adalah salah satu bentuk EBT yang dimiliki Indonesia dengan pontensi yang sangat besar. Dari catatan Asosiasi Panas Bumi Indonesia, terungkap Indonesia menempati posisi ketiga setelah Amerika dan Filipina dalam hal pemanfaatan panas bumi untuk sumber energi listrik. Dari total potensi panas bumi di Indonesia sebesar 28.617 MW, sumber energi panas bumi yang saat ini sudah digunakan sebesar 1341 MW.
Salah satu proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang sedang berlangsung di Indonesia adalah Proyek Sarulla. Pembangkit berkapasitas 3x110 megawatt (MW) tersebut ditargetkan mulai beroperasi secara bertahap pada 2016. "Ini merupakan proyek panas bumi dengan kontrak tunggal terbesar di dunia sampai saat ini," tandas Boediono.
Pada kesempatan yang sama, dalam acara bertema "Time to Deliver Clear for The Nation" itu Menteri ESDM Jero Wacik menuturkan bahwa ada banyak sumber EBT selain panas bumi. Indonesia punya energi berbasis matahari, angin, aliran air, gelombang samudera, biofeul, sampai energi dari sampah. Sayangnya, semua sumber energi tersebut baru dimanfaatkan 5-6 persen saja.
Untuk meningkatkan pemanfaatan EBT, kata Jero, pihaknya terus mendorong DPR untuk merevisi UU Panas Bumi. Diharapkan akan selesai sebelum pergantian anggota DPR periode 2009-2014. Selain itu Kementerian ESDM telah menetapkan Peraturan Menteri ESDM yang mengatur tarif listrik bertenaga air sungai, panas bumi, dan sampah. "Angkanya sangat menarik. Dengan ini kamu mengundang investor untuk masuk."
The 3rd Indonesia EBTKE-ConEx 2014 diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)bersama Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Tujuan dari acara yang berlangsung sampai 6 Juni 2014, antara lain mengetahui kebijakan yang ada, teknologi yang tersedia dan memperoleh masukan dari para pelaku bisnis yang sangat berguna sebagai umpan balik bagi pembenahan kebijakan termasuk membantu proses perizinan. Diharapkan akan diikuti oleh lebih dari 1000 peserta terdiri dari berbagai kalangan, pelaku usaha EBT, akademisi, kalangan pemerintah pusat dan daerah, LSM, dan mahasiswa serta wakil dari organisasi EBT baik nasinal atau Internasional.
Naskah dan Foto:
Frans Agung Setiawan